Senin, 14 Maret 2011

Sindroma Ovarium Polikistik

Polycystic Ovarian Syndrome atau Sindroma Ovarium Polikistik (SPOK) merupakan salah satu penyebab infertilitas karena kegagalan proses ovulasi, keluarnya sel telur dari indung telur.

Belum hadirnya momongan bukan hal yang mudah diterima bagi pasangan yag sudah lama menikah. Selain berdampak pada kebahagiaan rumah tangga jka hal itu tidak diterima dengan bijaksana akan mengakibatkan pihak yang mengalami masalah merasa sangat tertekan. Terlebih, bagi wanita.

Dari berbagai penyebab sulit hamilnya seorang wanita, salah satunya adalah karena enderita polystic ovarium syndrome (PCOs) atau sindroma ovarium polikistik.
Sidroma ini menyebabkan wanita mengalami ketidakseimbagan hormon. Sehingga menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur) dari indung telur yang enyebabkan haid tidak teratur serta kemandulan.

Dalam sebuah penelitian di luar negeri, didapatkan tujuh dari sepuluh wanita yang mengalami kemandulan karena gangguan ovulasi, ternyata mengidap PCOs.

Angka ini cukup memberikan gambaran bahwa sindroma ovarium polikistik merupakan salah satu penyebab utama maslah kemdulan atau infertilitas pada wanita.

Sayangnya penyebab PCOs hingga kini belum diketahui secara pasti. Namun beberapa hipotesis menyebutkan bahwa sindrom ini terjadi karena faktr genetis serta adanya resistensi insulin.

GEJALA BERVARIASI
Meski faktior peyebabnya tidak diketahui pasti, namun wanita yang mengalami kegemukan atau obesitas dianggap lebih rentan menderita Cos. Hal itu disebabkan karena wanita obes sering kali mengalami resistensi insulin.

Artinya, insulin yang tersedia di dalam tubuhnya cukupo melimpah karena sel-sel tubuhnya tidak bisa memanfaatkan insulin tersebut dengan baik. Akibatnya bisa mengganggu kestabilan hormon yang lain, seperti estrogen, dan androgen.

Bukan hanya penyebabnya, gejala PCOs seringkali juga tak bisa di pastikan karena sangat bervariasi. Sehingga, pemeriksaan dokter sangat diperlukan untuk memastikan.
Karena itu, jika sudah selama satu tahun menikah dan belum juga ada tanda-tanda dikaruniai momongan, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Berdasarkan pemeriksaan, seorang wanita dinyatakan menderita sindroma ovarium polikistik jika mengalami kondisi berikut :

* Anovulasi kronis
Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur yang sudah matang dari ovarium untuk dibuahoi sel sperma. Bila ovulasi tidak terjadi, maka tidak ada sel telur yang di hasilkan. Sehingga sulit hamil akibat tidak terjadi pembuahan.

Pada wanita proses ovulasi ini terjadi setiap bulan. Namun, pada penderita PCOs, mereka tidak mengalami ovulasi (anovulasi) kondisi ini baru bisa diketahui jika dilakukan pemeriksaan, karen kondisi ini tidak tampak secara fisik.

Meski demikian terjadinya anovulasi kronis ini terkadang bisa ditandai dengan tidak teraturnya siklus haid. Misalnya, hanya tiga bulan sekali dan jumlahya sedikit atau tidak keluar sama sekali.

Penyebab kacaunya siklus haid pada penderita PCOs ini, akibat kadar insulin yang berlebihan dalam tubuh wnita yang menyebabkan hormon estrogen dan androgen meningkat dan mengacaukan siklus haid.
* Hiperandrogen
Hiperandrogen merupakan kondisi dimana kadar hormon androgen di dalam tubuh meningkat. Kondisi ini seringkali dialami waita yang menderita PCOs.

Pada wanita yang menderita hiperandrogen, secara fisik akan mempunyai ciri seperti laki-laki. Misalnya mengalami hirsutisme atau pertumbuhan rambut yangtidak normall berupa tumbuhnya kumis,jenggot atau bercambang. Begitu juga rambut akan muncul di punggung dada dan perut atau kaki.

Hasil pemeriksaan positif
Pemeriksaan USG transvaginalsonography bisa digunakan untuk menguatkan dugaan terjadinya PCOs. Sebab, pada wanita yang menderita sindroma ini, ketika dilakukan USG, di dalam ovariumnya akan terlihat gambaran berupa kista kecil-kecil atau polikistik yang menyerupai kalung mutiara.

CARA MENGATASI
Karena salah satu penyebabnya diduga terkait dengan terjadinya resistensi insulin, maka kondisi inilah yang harus ditangani agar bisa mengendalikan sindroma ovarium polikistik ini. Adapun yang bisa dilakukan, antara lain:

* Normalkan berat badan
Bagi penderita Pcos yang disebabkan karena obesitas, hal wajib yang harus dilakukan adalah menurunkan berat badannya. Penurunan berat badan ini boleh dilakukan dengan berolahraga serta mengatur pola makan.

Bagi mereka yang obesitas, penurunan berat badan sekitar 5-10 persen dari berat badan semula selama 3-6 bulan, membuka peluang sebanyak 80-100 persen untuk bisa mendapatkan siklus haid kembali normal. Ini merupakan salah satu indikator kesuburan.

Namun, menurunkan berat badan pada penderita sindrom ini pada penderita sindrom ini tidak semudah orang biasa. Sebab, harus membatasi makanan agar lemak yang akan disimpan dipaksa dipakai, dan juga harus mengkonsumsi diet rendah karbohidrat dan tinggi protein yang teratur.

Karena untuk mengatasi Pcos berat badan penderita harus normal, wanita yang kelewat kurus juga harus menigkatkan berat badannya hingga bobotnya normal. Yaitu, berpatokan pada nilai BMI ( body mass index) antara 22-25. Ini karena bisanya wanita kurus biasanya siklus haidnya juga kacau. Karena itu, mereka juga harus menstabilkan berat badannya.
* Pengobatan
Penderita PCOs yang disebabkan selain obesitas, dapat ditangai dengan bantuan pengobatan. Pada mereka yang mengalami PCOs akibat resistensi insulin, dokter kan memberikan obat yang sesuai.

Biasanya dokter akan memberikan obat diabetes karena memang ada kaitan resistensi insulin dengan diabetes.